jagag module

Rencana Hidup Bara Bajasuta berubah ketika suatu malam ia didatangi seorang Ksatria dari alam Dewa yang memberikannya kumpulan Pusaka Sakral. Dengan kesadaran akan ilmu dan kekuatan yang diperolehnya, Bara memutuskan untuk membela mereka yang lemah dengan menggunakan nama kumpulan Pusaka yang diberikan kepadanya...JAGADSAGA.

Harjakerta. Sebuah kota metropolitan di Indonesia, yang sekarang hanya menjadi bayangan dari Ibukota yang dulu pernah jaya. Di antara gedung-gedung beton pencakar langit yang tegap dan kokoh hadir bangunan-bangunan yang sudah rusak dan tak terurus. Semakin banyak sudut kota yang infratsrukturnya semakin hancur. Di sudut-sudut pedalaman kota ini, rumah-rumah penduduknya semakin kumuh. Tingkat kejahatan semakin meningkat. Masyarakatnya hidup dibawah garis kemiskinan. Di kota inilah berbagai manusia dari berbagai penjuru mengadu nasibnya.

Malam itu, suara sirene dua buah mobil Polisi Patroli dan Buru Sergap memecahkan keheningan. Kedua mobil Polisi tersebut hendak menuju ke sebuah peristiwa kejahatan diantara sekian banyak kejadian kriminalitas pada malam itu dan tampak melewati sebuah bangunan tua di pinggir jalan. Bangunan tua itu adalah tempat Pertunjukan Wayang Orang bernama ‘Bharata Purwa’ yang dikelola dan sekaligus dijadikan tempat tinggal oleh Janu Bajasuta . Anak tertua Janu adalah Bara Bajasuta , seorang pemuda tegap bermata tajam. Bara memiliki adik Bernama Arya . Ibu mereka Iswari meninggal 6 tahun yang lalu karena sebuah penyakit.

Di ruang pertujukan yang kosong karena sudah bubarnya para penonton, Janu memanggil Bara untuk mengemukakan sesuatu yang teramat penting. Orang tua itu khawatir atas kelangsungan hidup bangunan pertunjukan wayang orang yang ia kelola. “Bapak sudah semakin tua nak. Sudah mulai terasa kesulitan untuk menjalankan tempat pertunjukan ini. Bapak ingin kamu sudah mulai memikirkan untuk mengambil alih. Bangunan ini…. budaya kita ini.“ Bara menjawab ke ayahnya bahwa ia sudah hampir menyelesaikan sekolahnya. Menjadi seorang ‘cyber security analyst’ adalah cita-citanya. Bukan mengelola Pertunjukan Wayang Orang. Sang ayah berkata, “Wayang Orang bukanlah hanya sebuah pertunjukan. Ia lebih dari itu. Wayang Orang adalah budaya, dan budaya adalah bagian dari harkat dan martabat kita sendiri.” Bara kemudian kembali menyanggah ayahnya dengan berkata “Pak, adat dan tradisi kuno hanya akan memperlambat kita yang mau maju ke depan.” Mendengar itu, Janu patah hati. Namun sebelum ia beranjak, ia mengatakan kepada anaknya “Tanpa ada sejarah dan budaya, sebuah masyarakat akan terjerumus pada kesalahan-kesalahan yang sama.”




Esok siang harinya saat Bara pergi kuliah, Janu di datangi oleh sekelompok orang yang dipimpin oleh Ragarsa. Ragarsa datang mepertanyakan mengapa sampai sekarang Janu belum mau menjual tanahnya. Tanah ini yang selama ini mejadi tempat tinggal sekaligus tempat Janu mengelola pertunjukan Wayang Orang. Berbagai tawaran sudah diberikan selama berbulan-bulan ini oleh perusahan salah satu milyarder Harjakerta bernama HAMORTEM dimana Ragarsa bekerja, namun semua tawaran ternyata di tolak oleh Janu. Suruhan Ragarsa memukul Janu sampai babak belur. Tangan kanan Janu dipatahkan. Arya berusaha membantu ayahnya namun tentunya tidak bisa berbuat apa-apa. Dalam keadaan babak belur, Janu diminta untuk menanda tangani surat penyerahan tanahnya kalau tidak maka Arya akan dicelakakan. Janu menyerah dan melakukan apa yang dikehendaki Ragarsa.

Bara datang secepat mungkin setelah mendapat telfon dari Arya. Sesampainya, Ragarsa dan anak buahnya sudah pergi. Ia pun melarikan ayahnya ke rumah sakit. Arya menceritakan semua yang terjadi.

Merasa tak berdaya dan khawatir akan keselamatan ayah dan adiknya yang terancam hanya demi sebuah banguan tua, Bara nekat mendatangi gedung PT. Hamortem Incorporated untuk menyerah. Ia naik ke lantai utama dimana kantor Hamortem berada. Keluar dari lift, ia sempat melihat sang direktur masuk ruangnya bersama beberapa staff ahlinya. Bara menerobos masuk dan menemui Hamortem. Ia mengemukakan bahwa ia dan keluarganya menyerah. Dalam waktu dekat, ia minta waktu untuk mengungsi dari rumahnya dan membawa semua keluarganya keluar dari tempat itu. Bara hanya ingin pembayarannya yang ada di kontrak dinaikkan karena jumlahnya teramat kecil. Ia juga memohon ayahnya untuk tidak diganggu lagi.

Hamortem tersinggung atas kedatangan Bara. “Tidak ada siapapun yang bisa mengatakan kepada mukaku, apa yang harus aku lakukan. Kota ini milikku. Termasuk bangunan reot ayahmu itu dan tradisi di dalamnya yang bila dibiarkan hanya akan menghambat kemajuan kota ini.” Kata-kata itu menyambar Bara seperti seolah ia sedang bercermin. Bara dipukul habis. Ia langsung dibawa keluar lewat sebuah lift privat, dibawa ke basement parkir dan dimasukan kedalam mobil untuk kemudian di lempar ke pinggir jalan. 





Malam. Setelah memastikan Ayahnya mendapat perawatan yang baik dan ditemani Arya di rumah sakit, Bara pulang dan mencoba untuk tidur di kamarnnya. Ia sendiri masih penuh dengan luka akibat pengeroyokkan yang terjadi. Jam menunjukkan pukul 01.34 ketika ia dibangunkan oleh suara berdenging di telinga kirinya. Suara tersebut berpindah ke arah ruang pertunjukkan. Bara tiba disana dan melihat sebuah pemandangan yang sangat aneh. Sebuah benda sebesar pintu berbentuk jantung manusia terbuat dari semacam metal dan suatu bahan organik tepat membelah panggung kayu ditengah. Panggung terlihat rusak berantakkan, serpihan kayu panggung dimana-mana. Bara mendekati benda tersebut dan secara tiba-tiba sebuah pintu kecil terbuka dengan sendirinya. Bara mencoba untuk melihat isi benda aneh tersebut namun pandangannya tertutup asap yang keluar. Terlihat ada berkas cahaya samar-samar di dalam. Saat asap menghilang, Bara akhirnya melihat dengan jelas isi dari benda tersebut. Tampak dua keris yang berbeda melayang keluar dan berhenti tepat dihadapannya. Jauh di dalam benda tersebut terdapat beberapa kain, sesuatu yang menyerupai sebuah penutup kepala dan sebuah benda terbuat dari besi yang besarnya sepergelangan tangan. Bara memegang salah satu keris yang mengambang. Suara benda tersebut berhenti, namun kesunyian tidak berlangsung lama karena terpecahkan oleh suara seseorang laki-laki yang berat.

jagag module



“Kenalkan Bara, nama saya adalah….GATOTKACA. Putra dari Bimasena dan Dewi Arimbi. Saya datang dari dunia para Dewa. Kamu mampu melihat saya, karena pintu alam yang saya buka ini.” katanya. Bara tepaku, badannya gemetaran melihat pemandangan ini. Ia kenal sosok ini, namun hanya dalam cerita-cerita yang di ada dalam pentas ayahnya. Sosok itu kemudan berlanjut berkata. “Saat ini, jagadku sedang berada dalam perang besar. Kaum yang jahat hendak menguasai segala yang menjadi baik di duniaku dan merubahnya menjadi segala yang jahat. Jumlah mereka sangat besar. Saya dan banyak dari kaum saya adalah garis pertahanan terakhir. Tidak tahu berapa lama lagi kami bisa bertahan. Dalam kuasa saya pada saat ini, ada sebuah kumpulan Pusaka yang akan memberi kelipatan kekuatan sesuai dengan siapapun yang memiliki dan menggunakannya. Untuk itu, kuberikan dan kutitipkan kumpulan Pusaka ini kepadamu Bara, karena tidak boleh jatuh ke kaum Khurawa.

“Benda besar di depanmu yang bebentuk jantung itu adalah ‘Jantung Rancakasana’. Di dalamnya kamu akan menemukan Pusaka-pusaka Kain Atasangin, Kotang Arjuni Sakti, Caping Pramana dan Gelang Kawaca Braja. Bersama Keris Sadupati yang kau pegang, maka kelima benda pusaka ini yang asal-usulnya merupakan bagian dari rahasia alam, tidak boleh jatuh ke tangan para Khurawa dan untuk inilah saya mengirimnya ke duniamu, kepadamu. Untuk dijaga. Untuk dilestarikan. Di dalam pusaka-pusaka ini ada sebuah kekuatan yang bisa kamu peroleh. Digunakan dalam perang membela kebajikan.”

Gatotkaca menjelaskan bahwa titik letak dimana Bara berdiri adalah Bumi Indonesia. Sebuah bumi yang kaya akan berbagai sumber daya alam. “Bumi mu berada di antara puluhan gugusan gunung api dan titik pertemuan lempeng-lempeng bumi. Tanah-mu berada persis diatas garis lintang yang secara seimbang memisahkan Belahan Bumi Utara dengan Belahan Bumi Selatan. Titik pusat bumi yang sesungguhnya berada di tempat ini dan itu sudah tertulis.” Jelas Gatotkaca.

“Saya akan pergi Bara menemui takdirku menghadapi Karna. Pusaka-pusaka ini sekarang milikmu. Pintu ini akan tertutup selamanya. Bara bertanya mengapa ia yang dipilih untuk diberikan kumpulan Pusaka ini. “Kamu bukanlah turunan maupun titisanku. Hanya sang waktu yang akan memberikan jawaban kepadamu. Sepeninggalanku maka kamu akan ditemani oleh Keris Sadupati yang telah engkau pilih dan yang nanti bertugas untuk membimbingmu. Biarkan Khodam tak bernama yang tinggal di Keris Sadupati menyampaikan Kekuatan Gajahsora yang akan melipat gandakan kekuatanmu yang ada pada dirimu menjadi 19 kali lipat. Ingat, sebut ‘Iro Yudho Wicaksono’, maka ‘PUSAKA JAGADSAGA’ ini akan berada dalam perintahmu.  

Sosok Gatotkaca menghilang dan benda metalik berwujud jantung tersebut perlahan-lahan remuk seolah tidak kuat menahan bebannya sendiri. Bara memegang Keris tadi dan terkejut ketika dari celah-celah keris keluar asap hitam. Asap terus menjalar ke tangan Bara, ke lengan, dada dan wajahnya. Dadanya sesak, ia susah bernafas. Bola matanya berubah menjadi hitam. Benda metalik hancur menjadi debu.

Esok paginya, Bara menemui ayahnya. “Semuanya benar Pak. Apa yang Bapak ceritakan mengenai dunia Wayang itu nyata. Mereka ada, berada di alam para Dewa. Mereka berbicara dari dunia para Dewa. Tapi kenapa saya Pak ? Kenapa saya yang harus menerima beban ini ?” Kata Bara. Ayahnya yang masih lemah mencoba untuk menenangkan putra sulungnya. “ Mohon, manghesthi, mangastuti, marem.” Selalu meminta petunjuk Tuhan untuk menyelaraskan antara ucapan dan perbuatan, agar kamu dapat berguna bagi sesama”. Hati Bara bergetar mendengar ucapan ayahnya.




Ancaman terhadap Bangunan Wayang Orang dari pihak Hamortem semakin menjadi. Ternyata Hamortem adalah dalang dari berbagai kekacauan dan aksi kriminalitas yang selama ini melanda Harjakerta. Operasinya sudah menggurita di berbagai titik-titik strategis di negeri ini dan di back-up oleh Militan pribadinya, Hamortem memastikan agendanya berjalan dengan lancar. Hal ini mencakup penghancuran berbagai bangunan-bangunan bersejarah di kota itu termasuk gedung-gedung budaya, peredaran obat-obat terlarang yang disebar melalui jaringan bawah tanah sehingga tidak bisa terdeteksi oleh pihak kepolisian, berbagai misinformasi dan hoax yang disebar melaui sosial media bertujuan untuk menyesatkan dan mengadu domba masyarakat dan dengan berbagai cara mencegahan aparat untuk megawasi dan melindungi masyarakat dari berbagai kegiatan dan tindakan-tindakan kriminal. Semua adalah operasi yang direncanakan dan dieksekusikan oleh Hamotem sebagai seorang Adirencana. Ia ternyata masuk dalam kelompok yang bernamakan ‘Kelompok Bastial’. Kelompok ini memiliki agenda untuk menghancurkan negeri ini, berawal dari salah satu kota besarnya. Penghancuran ini akan dilanjutkan kepada penataan kembali sesuai dengan Penataan Dunia Baru yang menurut mereka akan lebih baik dan lebih teratur.




Bara mengeluarkan Keris Sadupati yang tersimpan dengan baik. Ia merasa bahwa jawaban untuk melawan aksi teror yang dialami keluarga dan kotanya ada pada kejadian misterius yang ia alami beberapa hari yang lalu. Bara teringat akan sesuatu. Ia memegang keris tersebut dan berkata “Iro Yudho Wicaksono”. Keris tersebut bergetar hebat dan melepaskan diri dari tangan Bara dan melayang dihadapannya. Dalam sekejap, ruangan berubah menjadi gelap gulita. Hitam seketika, tak ada bayangan apapun. Sesaat kemudian, Bara dipindahkan ke sebuah hutan di pedalaman Kalimantan.

Di tempat itu, Khodam tak bernama dalam Keris Sadupati ini menjelma menjadi sosok seorang pria tua. Sosok ini dipanggil ‘guru’ oleh Bara. Sang guru mengajarkan Bara menguasai kekuatan fisiknya yang sekarang telah berlipat Sembilan Belas. Bara kemudian terbawa ke Pantai Gigi Hiu di Makassar dimana Ia juga diajari sebuah ilmu bela diri. Setelah mental dan fisiknya dinilai kuat, Bara diajarkan ilmu-ilmu untuk dapat mengendalikan dan menggunakan kelima Pusaka.

Setelah sekian lama, latihan Bara dinayatakan selesai. Bara berkata “Iro Yudho Wicaksono”. Sebuah sinar putih menyelimuti sekitarnya. Kemudian ke-lima pusaka itu berjejer melingkari Bara, dimana kemudian dipakainya Pusaka itu satu persatu. Khodam tak Bernama mengatakan “Apabila kau bersatu dengan pusaka-pusaka itu, maka kau akan dikenal dengan nama…. JAGADSAGA.” 



Tak terasa Bara sudah mempelajari pemahaman dan pengendalian Pusaka Jagadsaga di alam ini selama 9 bulan. Dikatakan bahwa ada perbedaan waktu dimana 1 bulan di alam ini adalah 1 jam di dunia nyata. Bara terpental dan menemukan dirinya kembali di kamarnya. Keris Sadupati tergeletak di depannya yang kemudian segera dibungkus kain batik dan disimpannya. Kain batik itu secara ghoib mengikat sang Keris sehingga tidak dapat dibuka oleh siapapun kecuali Bara. Jam menunjukan 10.34. Hanya Sembilan jam terlewati. Namun bekas-bekas luka dan goresan di tangan akibat latihan masih ada semua. Semua ilmu yang ia pelajaripun masih menempel dalam ingatan dan dirinya. Semuanya nyata.

Dengan kekuatan dan tanggung jawab yang ia peroleh, Bara memutuskan untuk melawan kebatilan, ketidakadilan dan kejahatan yang ada disekelilingnya dengan menjadi seseorang bersosok dengan menggunakan nama Pusaka yang telah dipercayakan kepadanya… ‘Jagadsaga’.

Di sudut lain kota Harjakerta, seorang wartawati investigasi sekaligus Newshost acara ‘INDRA DRUPASATI’ bernama Drupasati Dewi ditemani kamerawannya bernama Gentong, baru saja selesai mewawancarai seorang narasumber mengenai masuknya narkotika-narkotika ke sekolah sekolah. Drupasati sangat prihatin akan nasib Kota Harjakerta yang masalah sosialnya semakin lama semakin menumpuk sehingga ia bertekad untuk membongkar ketidak adilan yang terjadi dimana-mana. Pihak Kepolisian semakin kewalahan menghadapi berbagai aktifitas kriminal di kota ini yang kian meningkat, seperti misalnya saja semakin maraknya uang palsu yang beredar di masyarakat, pembobolan mesin-mesin ATM dengan menggunakan alat-alat canggih, penodongan-penodongan di mini market yang semakin sering terjadi serta kejahatan-kejahatan terhadap masyarakat yang terus bertambah. Dalam liputannya, Drupasati berkata bahwa “Kota ini sedang mengalami apa yang disebut sebagai sebuah ‘longsor moral, longsor ekonomi dan longsor budaya’. Namun adanya aksi pembelaan dan aksi pemberhentian aktifitas-aktifitas kriminal yang dilakukan akhir-akhir ini oleh sebuah sosok misterius, menjadi topik investigasi Drupati. Siapakah dia ? Motivasi tersembunyi apakah yang membuatnya melakukan ini ? Apakah dia berada pada pihak tertentu ? Bagaimanakah ia bisa seperti memiliki kekuatan lebih daripada orang lain ? Bagaimanakah asal usul dari sosok yang menamakan dirinya… Jagadsaga


Warga Hajakerta akhirnya bisa bernafas lega karena kota ini sekarang memiliki seorang pahlawan tak dikenal yang menolong mereka yang tak kuat untuk menolong dirinya sendiri, walau bagi mereka asal usul sosok tak dikenal bernama Jagadsaga ini tetaplah menjadi sebuah misteri.



Jagoan Kebal pembasmi kedurjanaan, penjaga pusaka sakral pemberian Ksatria dari alam Dewa.

jagamod


Sebuah cerita yang menggabungkan unsur kepahlawanan
dengan tema kebudayaan lokal.

Cerita dan desain karakter oleh Rizal Mantovani.
Hak Cipta JAGADSAGA milik Rizal Mantovani.
Komik JAGADSAGA saat ini dalam proses pra-produksi.
Sampai bertemu...!

Ilustrasi oleh Ardian Syaf, Rudy AO, Aswin Siregar dan Rizal Mantovani
© Copyright Rizal Mantovani 2024. Site by Haduao.

.